When it’s over…

Wiken dimulai dengan berita suram. Cuaca yang tadinya cerah ceria juga berubah tiba-tiba, hujan, mendung dan petir.

Gegen pulang rada awal hari Jumat, eh kalo dia pulang awal gitu kok aku jadi males masak. Akhirnya patungan makan di luar. Pulangnya, kakaknya yang nomor 2, Laetitia, ninggalin pesan sampe 3 kali di answering machine. Gegen bilang, jangan-jangan ada sesuatu dengan hubungannya dengan Eugene, pacarnya.

Waktu Gegen telpon balik, ternyata bener, mereka putus Image hosted by Photobucket.com. Lama juga dia curhat ke Gegen. Aku sedih juga mereka putus, lima belas tahun pacaran lho. Kebayang aja sakitnya.
Sebenarnya yang mutusin ini Laetitia, sepertinya dia tidak kuat menahan sakit hati dari hubungan mereka.
Mereka punya LAT (Living Apart Together) relationship, jadi pacaran tapi ya tinggalnya jauh-jauhan, dia di Arnhem, pacarnya di Amsterdam, ketemunya tiap wiken atau kalau mereka pergi liburan. Sebenarnya Laetitia sudah lama pingin tinggal bareng, tapi pacarnya ini gak mau ngelepas rumahnya di Amsterdam, selain itu keinginan Laetitia untuk punya anak juga tidak dipenuhi. Padahal Laetitia ini guru musik anak-anak dan seneng sekali sama anak-anak. Gila, tahan banget dia 15 tahun menahannya.

Kasian Laetitia, tapi aku sedih juga dia putus dengan Eugene. Aku suka dengan Eugene ini, orangnya lucu, suka bercanda. Pokoknya kalo ada acara keluarga, kalo ada mereka berdua, aku ada keinginan untuk datang karena pasti ada hiburan yang gak bakal bikin garing di tengah-tengah lingkaran setan. Sekarang, karena mereka putus, waks tambah gimana gitu kalo diajak ke acara ulang tahun keluarga GegenImage hosted by Photobucket.com.

Satu lagi yang bikin aku suka dengan Eugene, ketika kejadian di hari Natal yang kuceritakan di postingan sebelumnya, dia satu-satunya yang belain aku, bilang kalo harap dimaklumi aku gak bisa bahasa Belanda, kan bahasanya susah. Lagian aku baru les di Belgia waktu itu berapa bulan, aksen Belgia dan Belanda kan beda, yah bukan salahku kalo gak bisa.
Pokoknya, dia kakak ipar favoritku setelah Laetitia. Aku masih inget waktu kita nikah, dia ikut bersibuk-sibuk ria nemenin keluargaku, bantu sana-sini dan pernah ngasih support ketika aku down.

Eh gak tau kenapa waktu hari Sabtu, entah gara-gara berita ini atau gimana, pas aku nelpon ke rumah, aku jadi sedih pas cerita ke ibu. Ya ampun, bukan pacarnya Eugene kok ikutan sedih segitunya ya Image hosted by Photobucket.com. Ibuku juga sedih, karena keluargaku paling ingetnya ya sama Eugene ini, karena waktu mereka di Belanda, diantar kemana-mana sama Eugene. Adikku pun sampe terinspirasi manjangin rambut gara-gara liat rambutnya Eugene.
Bawaanku hari Sabtu itu sediih banget, rasanya pingin pulang, apalagi setelah denger ibuku sedang sendirian di rumah, ditinggal bapak dinas ke JakartaImage hosted by Photobucket.com.

Daripada muncul ke ulang tahun Christine dengan muka ditekuk dan tiba-tiba nangis sendiri, aku mutusin gak ikut aja. Gak enak sih, tapi gimana ya, aku suka iri kalo liat keluarganya ngumpul gitu, jadi suka inget keluarga sendiri…

Pulang dari pesta ulang tahun, aku minta dianter beli makan di warung Cina di Arnhem. Eh deket situ ada rombongan orang rame-rame lagi makan, denger-denger mereka ngobrol pake bahasa Indonesia gitu. Setelah diliat, ternyata rombongan bapak-ibu dari gereja di Velp. Aku samperin ibu-ibu satu, dia ngajakin ke gereja hari Minggu.

Hari minggunya, aku gak bisa berhenti mikirin Laetitia. Kasian gitu, aku kebayang aja, pasti dia bete seharian. Akhirnya aku ngusulin ke Gegen, gimana kalo kita ngajak dia jalan. Gegen nelpon dia, dan dia mau diajak jalan. Ketika kita ke rumahnya, buset ruang tamunya tiba-tiba jadi kosong gitu. Meja yang dulu di atasnya ada tipi, diangkut oleh Eugene ke rumahnya di Amsterdam. Bis kecil yang suka mereka pake kemping kemana-mana, diambil Eugene. Ketika kita dateng, aku bilang aku juga sedih mereka putus. Kita duduk sebentar, dia curhat kalo tiap malem sebelum tidur dan pagi ketika baru bangun, dia nangis melulu, inget cowoknya. Ya ampun, kasian bangetImage hosted by Photobucket.com.

Udahlah, akhirnya kita keluar aja, kebetulan ada koopzondag (toko-toko buka hari Minggu) di Apeldoorn, yang gak jauh dari Arnhem. Di mobil, kita cerita-cerita soal Eugene dan keluarga Gegen. Eugene emang ipar yang paling rajin bantu-bantu di keluarganya, kalo tiap ada kawinan, lahiran, sakit, dia pasti bantu. Pas jalan sih, Laetitia ketawa-ketawa gitu, pokoknya kita coba bikin dia seneng dan rada ngelupain patah hatinya lah. Kubilang, kalo bete di rumah, ya dateng aja, pintu rumah selalu terbuka.
Doaku, semoga dia cepat dapat cowok yang baru, yang cintanya beneran sejati, bisa membahagiakan. Sekarang mungkin sakit karena masih baru, tapi ada yang bilang time heals the pain. Semoga gak bakal lama-lama. Aku optimis sih dengan Laetitia, dia orangnya gaul, kayaknya (semoga) gak lama-lama jombloImage hosted by Photobucket.com.

Gitulah cerita wikenku. Setelah nunggu-nunggu edisi pocket (buku saku, yang lebih murah daripada versi buku tebal/hardcover) “The Broker”-nya John Grisham dan “London Bridges”-nya James Patterson yang gak keluar-keluar, akhirnya aku gak kuat juga beli Angels and Demons-nya Dan Brown (telat banget ya Image hosted by Photobucket.com) dan buku barunya Marry Higgins Clark, “Night-time is My Time”. Belinya gak keluar duit, pake bon buku hadiah ulang tahun kemarenImage hosted by Photobucket.com.

Bicara

“Are you always such a quiet person?”

Kalimat itu sudah dua kali terucap dari mulut guru nyetirku. Salah satu ciri berkomunikasi orang Belanda, direct, ceplas ceplosImage hosted by Photobucket.com. Sebenarnya pernyataan ini tidak kuanggap pernyataan yang negatif, karena pada dasarnya guruku ini orangnya ramah, banyak bicara dan peduli. Negatifnya, pernyataan ini seperti menampar diriku sendiri, karena :what is wrong in a quiet person?

Sepertinya baru di Belanda aku menemui orang-orang yang begitu terbuka dan banyak bicara. Ketika di Belgia, aku merasa nyaman dengan keadaan di kereta api atau bis yang tenang, orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing, membaca buku atau melakukan kesibukan. Kalo pun ada yang ngobrol, suaranya pelan, supaya tidak mengganggu orang di sekitarnya. Sementara di Belanda, tidak akan pernah ada gerbong kereta api atau bis yang sepi. Selalu ada orang yang ngobrol entah dengan teman atau dengan lawan bicara di telpon genggam. Yang mengesalkan, mereka seperti tidak peduli kalau mereka tidak sendiri di situ, tetap saja suaranya lantang, sampe orang segerbong bisa dengar apa yang dibicarakan, sepribadi apapun topik pembicaraannyaImage hosted by Photobucket.com. Masalah ini dicoba diatasi dengan adanya gerbong khusus dimana penumpang tidak boleh menggunakan telepon genggam atau ngobrol, supaya orang yang mau tenang membaca atau tenang di dalam kereta api, tidak terganggu. Sayangnya, jumlah gerbong ini sangat sedikit, bahkan sampai sekarang aku belum berhasil menemukan gerbong ini setiap kali naik kereta api.

Mungkin ini bisa dilihat secara positif, kalau orang Belanda adalah masyarakat yang terbuka, ramah, suka berdiskusi, dll, tapi tidak bagus kalau seperti memaksakan orang yang memang dasarnya pendiam untuk ikut buka mulut. Ini salah satu alasan aku tidak suka ke acara keluarga suamiku, mereka seperti balapan untuk berbicara, sepertinya satu orang belum selesai bicara, sudah disambung yang lainImage hosted by Photobucket.com. Kalau mereka sibuk sendiri ngobrol sendiri sih gak papa, tapi ketika natal pertamaku bersama keluarganya, salah satu orang yang sampai sekarang jadi my biggest nightmare, mengomentari kenapa reaksiku masih berupa mimik muka dan belum berupa ucapan. Wah, aku belum pernah gak suka sama orang sampe segitunya. La wong aku saat itu belom ada satu tahun di Belanda, sudah diminta untuk bicara macam-macam dengan bahasa Belanda!!!Image hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.comImage hosted by Photobucket.com

Balik ke guru nyetirku, waktu pelajaran pertama, percakapan masih dilakukan dengan bahasa Belanda, dari masalah pribadi, dll. Dari bahasa Belandaku yang acak-acakan, dia pasti bisa menebak aku belum lama tinggal di sini. Pas pelajaran kedua, kami terjebak di situasi dimana dua-duanya diam, aku karena konsentrasi ke jalanan dan juga bingung karena sebenarnya ada bahan obrolan tapi susah diungkapkan karena gak tau bahasa Belandanya apa. Akhirnya keluarlah pertanyaan di atas…dan gak enaknya lagi, dia bilang mungkin aku mengganggap dia terlalu banyak bicara dan mengesalkan. Lah, kok jadi salah tanggapan gini ya Image hosted by Photobucket.com

Akhirnya kujawab kalo aku belum merasa nyaman dengan bahasa Belanda, orang dengan bahasa ibu saja aku sering bingung mengungkapkan sesuatu, apalagi dengan bahasa asing. Akhirnya dia bilang, dia dulu pernah kerja jadi penterjemah Inggris-Belanda sebelum jadi guru nyetir. Dia menawarkan gimana kalau pembicaraan sudah mengarah ke topik yag mendalam, aku bicara dengan bahasa Inggris saja. Tentu saja usulan ini kusetujuiImage hosted by Photobucket.com. Terbukti sekarang, setiap pembicaraan mengarah ke topik yang mendalam, kami masih bisa berkomunikasi dengan cara unik, kalau dia tidak bisa menjawab dengan bahasa Inggris, dia pakai Belanda, kalau aku menyerah pakai Belanda, akhirnya dengan Inggris. Yang pastinya, pelajaran selalu dalam bahasa Belanda, toh aku mengerti kalau dijelaskan.

Kemaren, pertanyaan itu keluar lagi, tapi kali ini aku diam karena aku takut mengganggu karena dia tidak enak badan. Ternyata ketidak enak badan-nya tidak mempengaruhi mood berbicaranya. Akhirnya ngobrol lagi lah…Image hosted by Photobucket.com

Selamat wiken untuk semua Image hosted by Photobucket.com

Hewan Peliharaan

Image hosted by Photobucket.com

Mereka yang (pernah) mampir di rumah kami dan tidak pantas disebut peliharaan karena sebenarnya bukan milik kami. Yang di atas kiri, sepasang bebek (jantan yang berwarna-warni, betina yang coklat) rajin mengunjungi kebun, minta sisa roti, sampai mengetuk-ketuk kaca jendela rumah.

Kucing di sebelah kanan, adalah salah satu dari 7 (!) kucing tetangga yang rajin mampir ke kebun, entah untuk minum air kolam, atau berjemur atau mencium-cium tanaman di kebun.
Di kiri bawah, tentunya sudah tahu, Gizmo, kepunyaan Juju yang pernah “berlibur” di sini selama sebulan.

Binatang peliharaan bisa jadi teman pelipur lara, peramai rumah, yang pasti setiap orang punya cerita dan kesan tersendiri dengan binatangnya masing-masing. Karena itu, saran dari Ayu untuk mengadakan Lomba Foto dan Cerita bersama Hewan Peliharaan, disambut antusias oleh Forum Blogfam.

Hari ini, 1 Juni 2005, dapat berita gembira lahirnya anak-anak dari Nina, kucing dari Dian dan Kris, yang satu dari lima anaknya akan kita angkat. Seandainya kau sudah di rumah kami, kucing kecil, sudah kuikutkan lomba, kamu Image hosted by Photobucket.com. Sekarang harus sabar, dia masih harus bersama ibunya, sampai 8 minggu setelah kelahirannya.

Semalam mencoba posting di forum tentang usulan lomba, lah kumat gak bisa buka forum dan blog-blog yang pake hosting sama dengan forum. Dicoba tadi pagi, sama saja, padahal mau les nyetir jam 10.

Tiba-tiba guru nyetir nelpon : Retno, lesnya dimajuin jam 9 ya. Image hosted by Photobucket.com

Coba-coba lagi buka forum, akhirnya bisa Image hosted by Photobucket.com. Buru-buru posting pengumuman lomba dan mandi.

Sepulang dari les, ternyata kabar gembira kelahiran calon anggota keluarga kita nyampe. What a day todayImage hosted by Photobucket.com.